Halaman

Senin, 06 Oktober 2014

ringkasan, unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen robohnya surau kami

ringkasan, unsur intrinsik dan
ekstrinsik cerpen robohnya surau
kami
ROBOHNYA SURAU KAMI
RINGKASAN :
Di suatu tempat ada sebuah
surau tua yang nyaris ambruk. Hanya
karena seseorang yang datang ke sana
dengan keikhlasan hatinya dan izin
dari masyarakat setempat, surau itu
hingga kini masih tegak berdiri. Orang
itulah yang merawat dan menjaganya.
Kelak orang ini disebut sebagai Garin.
Meskipun orang ini dapat hidup karena
sedekah orang lain, tetapi ada yang
paling pokok yang membuatnya bisa
bertahan, yaitu dia masih mau bekerja
sebagai pengasah pisau. Dari
pekerjaannya inilah dia dapat mengais
rejeki, apakah itu berupa uang,
makanan, kue-kue atau rokok.
Kehidupan orang ini hanya mengasah
pisau, menerima imbalan,
membersihkan dan merawat surau,
beribadah di surau dan bekerja hanya
untuk keperluannya sendiri. Dia tidak
ngotot bekerja karena dia hidup sendiri.
Hasil kerjanya tidak untuk orang lain,
apalagi untuk anak dan istrinya yang
tidak pernah terpikirkan.
Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk
berbincang-bincang dengan penjaga
surau itu. Lalu, keduanya terlibat
perbincangan. Akan tetapi, sepulangnya
Ajo Sidi, penjaga surau yang kerap
disapa Kakek itu murung, sedih, dan
kesal. Karena dia merasakan, apa yang
diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan
dan sindiran untuk dirinya.
Ajo Sidi bercerita sebuah kisah tentang
Haji saleh. Haji saleh adalah orang yang
rajin beribadah menyembah Tuhan. Ia
begitu yakin ia akan masuk ke surga.
Namun Tuhan Maha Tau dan Maha
Adil, Haji Saleh yang begitu rajin
beribadah di masukan ke dalamma
neraka. Kesalahan terbesarnya adalah
ia terlalu mementingkan dirinya
sendiri. Ia takut masuk neraka, karena
itu ia bersembahyang. Tapi ia
melupakan kehidupan kaumnya,
melupakan kehidupan anak isterinya,
sehingga mereka kocar-kacir
selamanya. Ia terlalu egoistis. Padahal
di dunia ini kita berkaum, bersaudara
semuanya, tapi ia tidak memperdulikan
itu sedikit pun. Crita ini yang membuat
kakek tersindir dan merasa dirinya
murung.
Kakek  memang tak pernah mengingat
anak dan istrinya tetapi dia pun tak
memikirkan hidupnya sendiri sebab dia
memang tak ingin kaya atau membuat
rumah. Segala kehidupannya lahir batin
diserahkannya kepada Tuhannya. Dia
tak berusaha mengusahakan orang lain
atau membunuh seekor lalat pun. Dia
senantiasa bersujud, bersyukur, memuji,
dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah
semua ini yang dikerjakannya
semuanya salah dan dibenci Tuhan ?
Atau dia ini sama seperti Haji Saleh
yang di mata manusia tampak taat
tetapi dimata Tuhan dia itu lalai.
Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke
dalam neraka. Penjaga surau itu begitu
memikirkan hal ini dengan segala
perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat
memikirkan hal itu. Kemudian dia
memilih jalan pintas untuk menjemput
kematiannya dengan cara menggorok
lehernya dengan pisau cukur.
Kematiannya sungguh mengejutkan
masyarakat di sana. Semua orang
berusaha mengurus mayatnya dan
menguburnya. Kecuali satu orang saja
yang tidak begitu peduli atas
kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang
pada saat semua orang mengantar
jenazah penjaga surau dia tetap pergi
bekerja.
UNSUR INTRINSIK :
• Tema : Tema cerpen ini adalah
seorang kepala keluarga
yang lalai menghidupi
keluarganya.
• Amanat : 1) jangan cepat marah kalau
diejek orang,
2) jangan cepat bangga kalau
berbuat baik,
3) jangan terpesona oleh gelar
dan nama besar,
4) jangan menyia-nyiakan yang
kamu miliki, dan
5) jangan egois.
• Latar
-Latar Tempat
kota, dekat pasar, di surau, dan
sebagainya
-Latar Waktu
Beberapa tahun yang lalu.
• Alur (plot)
Alur cerpen ini adalah alur
mundur karena ceritanya mengisahkan
peristiwa yang telah berlalu yaitu
sebab-sebab kematian kakek Garin.
• Penokohan
Tokoh-tokoh penting dalam
cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh
Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh
(a) Tokoh Aku berwatak selalu ingin
tahu urusan orang lain.
(b) Ajo Sidi adalah orang yang suka
membual
(c) Kakek adalah orang yang egois dan
lalai, mudah dipengaruhi dan
mempercayai orang lain.
(d) Haji Soleh yaitu orang yang telah
mementingkan diri sendiri.
• Sudut Pandang
Di dalam cerpen ini pengarang
memposisikan dirinya dalam cerita ini
sebagi tokoh utama atau akuan sertaan
sebab secara langsung pengarang
terlibat di dalam cerita dan ini terasa
pada bagian awal cerita. Selain itu
pengarang pun berperan sebagai tokoh
bawahan ketika si kakek bercerita
tentang Haji Soleh di depan tokoh aku.
• Gaya bahasa
Di dalam cerpen ini pengarang
benar-benar memanfaatkan kata-kata.
Gaya bahasanya sulit di pahami, gaya
bahasanya menarik dan pemilihan
katanya pun dapat memperkaya kosa
kata siswa dalam hal bidang keagaman.
UNSUR EKSTRINSIK :
· Nilai sosial
Kita harus saling membantu jika
orang lain dalam kesusahan seperti
dalam cerpen tersebut karena pada
hakekatnya kita adalah makhluk
sosial.
· Nilai Moral :
Kita sebagai sesama manusia
hendaknya jangan saling mengejek
atau menghina orang lain tetapi
harus saling menghormati.
· Nilai Agama :
Kita harus selau malakukan
kehendak Allah dan jangan
melakukan hal yang dilarang oleh-
Nya seperti bunuh diri, mencemooh
dan berbohong.
· Nilai Pendidkan :
Kita tidak boleh putus asa dalam
menghadapi kesulitan tetapi harus
selalu berusaha dengan sekuat
tenaga dan selalu berdoa.
· Nilai Adat :
Kita harus menjalankan segala
perintah Tuhan dan memegang teguh
nilai- nilai dalam masyarakat.
HAL-HAL YANG MENARIK
(1) Surau tidak difungsikan, anak-anak
menggunakannya sebagai tempat bermain
berbagai macam kesukaan, dan perempuan
sering mencopoti papan atau lantai di malam
hari untuk dijadikan kayu bakar. Bersikap masa
bodoh dan tidak memelihara sebagai mana
mestinya,
(2) Bualan Ajo Sidi tentang kejadian di neraka
membuat si kakek akhirnya muram dan akhirnya
bunuh diri.
(3) Seorang laki-laki menikah dan hanya
mengabdikan hidupnya sepanjang hari di surau
tanpa memikirkan hidup duniawi harta ataupun
kekayaan, dan melalaikan tugasnya sebagai
seorang suami dan seorang ayah.
(4) Taat beribadah saja, membiarkan negara
kacau balau, melarat, hasil bumi dikuasai negara
lain tanpa memikirkan kehidupan anak cucu,
pemalas dan tidak mau bekerja,
(5) Melakukan perbuatan sesat dengan cara
bunuh diri,
(6) Ajo Sidi tidak ikut melayat orang yang
meninggal akibat bualannya, hanya berpesan
agar dibelikan kain kafan 7 lapis sedangkan dai
tetap pergi bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar