Jenis-Jenis Induktor
Berikut Jenis-Jenis Induktor
a. Choke
Piranti ini di gunakan untuk
menahan sinyal (AC) frekuensi tinggi agar tidak melewati satu bagian tertentu dari rangkaian. Sinyal-sinyal
frekuensi rendah atau tegangan DC akan di biarkan lewat. Choke-shake
berukuran besar memiliki bentuk seperti
trafo, namun h hanya memiliki
satu buah kumparan. Choke-choke
yang lebih kecil terdiri dari butiran-butiran atau gelang-gelang yang terbuat dari bahan ferit, yang
dirangkaikan dengan seutas kawat yang membawa sinyal-sinyal frekuensi tinggi.
Ferit adalah sebuah bahan yang
mengandung besi sehingga bahan ini berfungsi sebagai inti yang menyediakan
saluran bagi garis-garis gaya magnet di sekitar kawat. Terkadang, sebuah
coke di buat dengan cara
melilitkan kawat pada sebuah
cincin ferit.
b. Kumparan Penala
Piranti
ini di gunakan pada pesawat pemancar dan
penerima radio, untuk menala ( tuning)
rangkaian elektronik di dalamnya agar
bekerja pada suatu frekuensi radio tertentu. Kumparan di lilitan pada sebuah wadah plastik dan ini memiliki sebuah inti ferit atau inti keramik debu besi yang dapat di putar keluar masuk kumparan
untuk Menala rangkaian. Dua buah kumparan atau lebih dapat dilitkan pada
sebuah wadah untuk membentuk sebuah trafo .
c. Toroid
Ada satu jenis induktor yang kenal
dengan nama toroid. Jika biasanya induktor berbentuk silinder memanjang, maka
toroid berbentuk lingkaran. Biasanya selalu menggunakan inti besi (core)
yang juga berbentuk lingkaran seperti kue donat.
Salah satu
keuntungan induktor berbentuk toroid, dapat induktor dengan induktansi yang
lebih besar dan dimensi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan induktor
berbentuk silinder. Juga karena toroid umumnya menggunakan inti (core)
yang melingkar, maka medan induksinya tertutup dan relatif tidak menginduksi
komponen lain yang berdekatan di dalam satu pcb.
d. Ferit dan Permeability
Besi lunak banyak
digunakan sebagai inti (core) dari induktor yang disebut ferit. Ada bermacam-macam bahan ferit yang disebut
ferromagnetik. Bahan dasarnya adalah
bubuk besi oksida yang disebut juga iron powder. Ada juga ferit yang
dicampur dengan bahan bubuk lain seperti nickle, manganase, zinc
(seng) dan mangnesium. Melalui proses yang dinamakan kalsinasi yaitu
dengan pemanasan tinggi dan tekanan tinggi, bubuk campuran tersebut dibuat
menjadi komposisi yang padat. Proses pembuatannya sama seperti membuat keramik.
Oleh sebab itu ferit ini sebenarnya adalah keramik.
Penggunaan ferit juga disesuaikan dengan frekeunsi
kerjanya. Karena beberapa ferit akan optimum jika bekerja pada selang frekuensi
tertentu. Berikut ini adalah beberapa contoh bahan ferit yang dipasar dikenal
dengan kode nomer materialnya. Pabrik pembuat biasanya dapat memberikan data
kode material, dimensi dan permeability yang lebih detail.
Tabel 9.4 Data Material Ferit
MATERIAL NOMOR
|
Permability
|
Freq.Optimun (MHz)
|
67
68
77
F
J
W
H
|
40
20
2000
3000
5000
10.000
15.000
|
10-80
80-180
0.5-50
0.5-50
<1 span="">
<1 span="">
<200 khz="" span="">
|
Permeability bahan bisa juga diketahui dengan kode warna
tertentu. Misalnya abu-abu, hitam, merah, biru atau kuning. Sebenarnya lapisan
ini bukan hanya sekedar warna yang membedakan permeability, tetapi berfungsi
juga sebagai pelapis atau isolator. Biasanya pabrikan menjelaskan berapa
nilai tegangan kerja untuk toroida tersebut. Untuk membuat induktor
biasanya tidak diperlukan kawat tembaga yang sangat panjang. Paling yang
diperlukan hanya puluhan sentimeter saja, sehingga efek resistansi bahan kawat
tembaga dapat diabaikan. Ada banyak kawat tembaga yang bisa digunakan. Untuk
pemakaian yang profesional di pasar dapat dijumpai kawat tembaga dengan standar
AWG (American Wire Gauge). Standar ini tergantung dari diameter kawat,
resistansi dan sebagainya. Misalnya kawat tembaga AWG32 berdiameter kira-kira
0.3mm, AWG22 berdiameter 0.7mm ataupun AWG20 yang berdiameter kira-kira 0.8mm.
Biasanya yang digunakan adalah kawat tembaga tunggal dan memiliki isolasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar