PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DARI MASA KE MASA
Pengertian Pendidikan
Menurut Ahli
Dengan
perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan
signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang
awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di
Indonesia.
Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara
mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya
tahun 1892 akhirnya dilakukan restrukturisasi terhadap
persekolahan karena kebutuhan yang sangat besar terhadap pegawai rendahan yang
bisa berbahasa Belanda, sebagaimana berikut
: 1. Sekolah kelas satu (ongko sidji) atau eerste klasse
untuk anak-anak golongan priyayi dengan pelajaran bahasa Belanda;
2. Sekolah kelas dua
(ongko loro) atau tweede klasse untuk rakyat kebanyakan tanpa pelajaran bahasa Belanda. Menurut Soemanto
dan Sooyarno dalam Rifa’i
konteks pendidikan dan pengajaran ini pada prinsipnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
pegawai rendahan di kantor-kantor pamong praja atau kantor-kantor yang lain.
Di zaman pemerintahan Hindia-Belanda ini, terdapat tiga
jenis tingkatan pendidikan, yaitu
pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
lebih dikhususkan pada anak-anak golongan priyayi. Dengan kebijakan tersebut,
diharapkan penduduk yang lebih rendah status sosialnya dapat mudah ditundukkan
karena pemerintah Belanda telah memegang golongan priyayi yang merupakan kaum elit. Menurut Ary
Gunawan dalam Rifa’i
, prinsip kebijakan pendidikan kolonial yaitu:
1.
Pemerintah kolonial berusaha tidak memihak salah
satu agama tertentu
2. Pendidikan diarahkan agar para lulusannya
menjadi pencari kerja, terutama demi kepentingan kaum penjajah.
3. Sistem persekolahan disusun berdasarkan
stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat.
4. Pendidikan diarahkan untuk
membentuk golongan elite sosial (penjilat penjajah) Belanda.
5. Dasar pendidikannya adalah dasar pendidikan
Barat dan berorientasi pada pengetahuan dan kebudayaan barat. Kesempatan
mendapatkan pendidikan diutamakan kepada anak-anak bengsawan bumiputera serta
tokoh-tokoh terkemuka dan pegawai kolonial yang diharapkan kelak akan menjadi
kader pemimpin yang berjiwa
kebarat-baratan atau condong ke Belanda dan merupakan kelompok elite yang
terpisah dengan masyarakatnya sendiri. Mereka akan menjadi penyambung
tangan-tangan penjajah sebagai upaya
Belanda untuk memerintah secara tidak langsung kepada masyarakat dan bangsa Indonesia. Dengan adanya Politik Etis,
terjadi perubahan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Bahasa Belanda mulai
diberikan pula di sekolah Kelas I dan sekolah-sekolah guru. Mr. JH. Abendanon
menginginkan kursus/sekolah kejuruan (vak), termasuk juga sekolah bagi kaum
wanita (bersama dengan Van Deventer, Abendanon, menaruh perhatian pada usaha
R.A. Kartini). Sekolah teknik pertama kali dibuka pada 1909. Untuk membuka
kesempatan yang lebih luas bagi anak-anak
bumiputera ke sekolah-sekolah atau melanjutkan sekolah, di antaranya
dibuka sekolah voorklas di MULO (kelas persiapan ke MULO). Sekolah-sekolah desa
diperbanyak. Namun demikian, masih ada
perbedaan pelayanan bagi anak-anak bumiputera dengan anak-anak Belanda,
yaitu diturunkannya uang sekolah (hanya) untuk sekolah Belanda. Anak-anak
Indonesia diterima di sekolah Belanda masih dengan ragu-ragu sehingga dengan
dalih yang dibuat-buat akhirnya anak-anak Indonesia banyak yang tidak diterima
di sekolah-sekolah Belanda. Secara tegas, tujuan pendidikan selama periode
kolonial Belanda memang tidak pernah dinyatakan, tetapi dari uraian-uraian di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan antara lain adalah untuk
memenuhi keperluan tenaga buruh kasar kaum modal Belanda, di samping ada
sebagian yang dilatih dan dididik untuk menjadi tenaga-tenaga administrasi,
tenaga teknik, tenaga pertanian, dan
lain-lain yang dianggap sebagai pekerja-pekerja kelas dua atau kelas tiga.
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam salah satu pidatonya mengatakan bahwa Politik
Etis penjajah sepertinya akan lunak
dengan kemajuan pendidikan pribumi, tetapi tetap saja pola kebijakan pendidikan kolonial tersebut menunjukkan
sifat intelektualis, alitis, individualis dan materialis.
No Faktor Pembanding Pendidikan
Modern
Pendidikan Klasik
1 Pendidikan Moral Penanaman Humanisme dengan cara Anti Kekerasan Penanaman Humanisme dengan menggunakan Kekerasan dalam taraf wajar.
2 Fungsi Guru
Sebagai Motivator dan Fasilitator. Pusat segala aktivitas pendidikan baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
3 Penerapan Etika Tergantung pada masing-masing individu peserta didik. Wajib diterapkan di dalam maupun luar lingkungan sekolah.
4 Punishment and Reward. berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan kompetensi peserta didik. Berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan kompetensi peserta didik.
Pendidikan Klasik
1 Pendidikan Moral Penanaman Humanisme dengan cara Anti Kekerasan Penanaman Humanisme dengan menggunakan Kekerasan dalam taraf wajar.
2 Fungsi Guru
Sebagai Motivator dan Fasilitator. Pusat segala aktivitas pendidikan baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
3 Penerapan Etika Tergantung pada masing-masing individu peserta didik. Wajib diterapkan di dalam maupun luar lingkungan sekolah.
4 Punishment and Reward. berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan kompetensi peserta didik. Berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan kompetensi peserta didik.
Edukasi
Pendidikan di Era Modern
Dewasa ini sudah zamannya zaman
digital, dimana-mana serba cepat, instan, dan canggih. Begitu pun di
dunia pendidikan Indonesia saat ini. Bayangkan era orang tua kita, berangkat
sekolah hanya dengan berjalan kaki berkilometer jauhnya atau menggunakan
sepeda, itu pun sudah paling mewah pada zamannya. Lalu, kita lihat anak sekolah
berangkat sekolah kebanyakan sudah menggunakan kendaraan seperti, sepeda,
motor, bahkan mobil.
Pada era masa kini yang harus
dituntut serba canggih dan mengikuti pergerakan zaman, teknologi pun sudah
merambah ke dunia pendidikan kita. Kita lihat cara mengajar konvensional,
dimana Guru menerangkan ke murid, menulis di papan tulis, kemudian para Murid
disuruh mencatatnya penuh kedalam buku mereka masing-masing. Apakah ini efektif
? menurut saya pribadi tidak, karena terlalu menghabiskan banyak waktu hanya
untuk menulis atau menyalinnya ke buku catatan. Tetapi masih ada saja yang
menggunakan cara mengajar yang jadul ini di era yang sudah serba cepat dan
canggih saat ini.
Kita lihat beberapa sekolah atau
guru yang menggunakan sistem mengajar yang tidak biasa, mereka menggunakan yang
namanya proyektor, proyektor yang dulu hanya dipakai dikalangan orang kantoran
saja kini bisa diterapkan di sekolah. Itu merupakan kemajuan sistem belajar
mengajar yang harusnya sudah diterapkan dan dikembangkan di sekolah-sekolah.
Apa saja manfaatnya bagi kemajuan sistem pendidikan kita, tentu banyak
manfaatnya. Dari efektifnya kegiatan belajar mengajar, suasana kelas yang tidak
jenuh, serta membuat para siswa menjadi lebih sadar bahwa pentingnya teknologi
bagi kegiatan di sekolah.
Semakin kesini akhlak dan sikap
pelajar di Indonesia ini sudah mulai luntur, adab semakin dikesampingkan, norma
tak lagi dipentingkan. Sebuah kenyataan yang ironis memang, tapi memang begitu
kenyataannya. Dari berbagai jenjang pendidikan sama saja tak ada bedanya, SD
sudah mulai merokok. Ya, anak SD sekarang sudah berani mencoba menghisap
sebatang rokok, bisa dibilang masih dalam masa anak-anak saja sudah berani
untuk merokok. SMP berani melakukan tindak asusila yang sudah jelas-jelas
melanggar norma baik agama maupun sosial. SMA/sederajat yang tak hentinya
tawuran yang sudah jelas tak ada manfaatnya bagi kedua belah pihak yang
bertikai. Masih banyak sekali kasus-kasus dimana hilangnya moral para pelajar
di Indonesia. Sebenarnya sekolah itu tidak hanya tempat untuk mencari ilmu dan
membuat kita pandai, namun juga wadah kita belajar untuk bermasyarakat dan
bersosialisasi di lingkungan sekolah. Melatih kecerdasan intelektual,
emosional, serta spiritual kita. Maka dari itu sekolah juga harus memperhatikan
aspek sikap dan moral para siswanya, tidak hanya melulu tentang kepandaian dan
pintarnya para siswa namun tak ada moral di diri para siswanya.
Nah, pemerintah pun mengeluarkan
kurikulum baru untuk pendidikan di Indonesia, yaitu kurikulum
2013. Kurikulum 2013 adalah, sebuah kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham
atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun
disiplin yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan
Dalam perkembangan dunia pendidikan dewasa ini dapat dikatakan sedang
ngetrend-ngetrendnya penggunaan model-model
pembelajaran dengan
pendekatan PAIKEM. Sehingga pendidikan cara klasik
dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi jaman saat ini. Dengan
demikian otomatis setiap elemen pendidikan termasuk guru harus dapat
menyesuaikan dengan trend pendidikan
modern saat ini.
Pngembangan perangkat pembelajaran seperti RPP, Media, Model pembelajaran semuanya diubah dan disesuaikan dengan
standar pendidikan
modern yang ’katanya”
akan mampu meningkatkan kualitas peserta didik.
Harapan yang begitu tinggi terlebih lagi dengan penerapan kurikulum yang
dianggap paling mutakhir yaitu KTSP ternyata belum
cukup memberikan jawaban yang memuaskan bagi kondisi pendidikan di indonesia.
Problematika yang berkembang justru semakin kompleks dan terasa tiada ujungnya.
Secara garis besar dari survey zonainfosemua.blogspot.com dapat
disimpulkan bahwa degradasi moral generasi pelajar sekarang jauh lebih buruk
dibanding dengan pelajar-pelajar masa pendidikan klasik dulu dengan presentase
mencapai 85%. Nah untuk mengetahui lebih jelas, mari kita membanding konsep pendidikan
modern dengan
pendidikan klasik.
No
|
Faktor Pembanding
|
Pendidikan
Modern
|
Pendidikan Klasik
|
1
|
Y
|
Penanaman Humanisme dengan cara Anti Kekerasan
|
Penanaman Humanisme dengan menggunakan Kekerasan dalam
taraf wajar.
|
2
|
Fungsi Guru
|
Sebagai Motivator dan Fasilitator.
|
Pusat segala aktivitas pendidikan baik di lingkungan
sekolah maupun luar sekolah.
|
3
|
Penerapan Etika
|
Tergantung pada masing-masing individu peserta didik.
|
Wajib diterapkan di dalam maupun luar lingkungan
sekolah.
|
4
|
Punishment and Reward.
|
berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan
kompetensi peserta didik.
|
Berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan
kompetensi peserta didik.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar