KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayahNya
kepada kami dan tak lupa bershalawat pada Nabi Muhammad S.A.W sehingga kami
dapat menyelesaikan karya tulis ini sesuai dengan yang kami harapkan
Makalah yang berjudul “Perkembangan
Teknologi pada Zaman Manusia Purba“ ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas
dalam pelajaran Sejarah Indonesia pada tahun ajaran 2014-2015. Kami berharap
agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Kami menyadari bahwa penulisan
ataupun pembahasan karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga akan
menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan kritikan dan saran
yang membangun sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna.
Penulis
Boby Tilos Ramadhan , 20 Oktober 2014
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
Masa Prasejarah Manusia sudah mempunyai ketrampilan, para manusia purba dahulu
mampu membuat rumah sedeharna, alat-alat untuk berburu dan benda-benda lainnya.
Maka dari itu pada zaman prasejarah dibagi menjadi beberapa tahap, namun yang
akan kami bahas disini adalah Zaman Logam.
Pada
zaman logam, manusia sudah dapat membuat peralatan dari logam yang ternyata
lebih kuat dan mudah dikerjakan daripada batu. Bahan logam harus dilebur dahulu
sebelum dipakai sebagai bahan pembuatan peralatan manusia. Oleh karena itu,
pada zaman logam, kebudayaan manusia mestinya lebih tinggi daripada zaman batu.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini tidak lain untuk:
1. Memenuhi salah satu tugas praktek saya.
2. Mengetahui keadaan pada Perkembangan Teknologi pada Zaman
Manuasia Purba
4. Mengetahui masa-masa apa saja yang terdapat pada
Perkembangan Teknologi pada zaman manuasia purba
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan materi kami, dapat kami uraikan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana keadaan Perkembangan Teknologi pada Zaman
Manuasia Purba?
2. Apa saja yang dihasilkan manusia purba pada Perkembangan
Teknologi pada Zaman Manuasia Purba ?
3. Masa-masa apa saja yang terdapat pada Perkembangan Teknologi
pada zaman manuasia purba?
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI PADA ZAMAN MANUSIA PURBA
A. MASA MENCARI, BERBURU, DAN MERAMU MAKANAN
Manusia praaksara sudah bisa menggunakan alat bantu
sederhana dalam mengumpulkan makanan. Alat bantu itu terbuat dari batu yang
diasah sederhana, tulang, ataupun kayu. Pada masa berburu dan meramu, manusia
purba menggunakan peralatan sebagai berikut:
1.
Kapak
Genggam. Merupakan sejenis kapak yang
terbuat dari batu, namun tidak bertangkai. Digunakan untuk memukul bahan
makanan, atau melempar binatang buruan serta mengorek tanah untuk mencari
umbi-umbian. Kapak genggam seperti ini banyak ditemukan di Pacitan, Jawa Timur.
Kapak genggam ini biasa juga disebut kapak penetak atau chopper.
2.
Alat
serpih. Merupakan alat-alat yang
terbuat dari batu pipih yang diasah dan berukuran lebih kecil dari kapak
genggam, berfungsi sebagai alat untuk penusuk ataupun sebagai pisau.
3.
Alat-alat
yang terbuat dari tulang dan kayu.
Alat yang terbuat dari tulang biasanya berupa mata tombak, yang bertangkai
kayu, digunakan untuk berburu ataupun menangkap ikan.
4.
Pebble merupakan alat semacam kapak genggam yang terbuat dari batu
kali, ada juga yang berupa batu penggilingan/pipisan yang digunakan untuk
menghaluskan makanan.
5.
Anak
panah/flake. Digunakan untuk
berburu dan mencari ikan. Dan dalam perkembangannya, manusia purba jenis
pithecanthropus erectus ternyata sudah mengenal api.
B. MASA BERCOCOK TANAM DAN BETERNAK
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba
mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara
besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gathering
menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam
dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.
C. MASA PERTANIAN
Mereka telah mengenal musim sehingga dapat dipastikan mereka
telah menguasai ilmu perbintangan (ilmu falak). Mereka juga telah menggunakan
alat-alat kehidupan yang halus seperti kapak persegi, dan kapak lonjong.
Manusia telah mampu menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar atau
megalitikum (mega=besar; lithos = batu). Yang dimaksud dengan bangunan megalit
adalah bangunan-bangunan yang dibuat dari batu-batu besar dan digunakan dalam
hubungannya dengan kepercayaan zaman pra sejarah. Bangunan megalit dibuat dari
batu-batu besar yang sering harus didatangkan dari tempat lain sebelum
didirikan di suatu tempat yang dipilih. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut
tentu telah dikerahkan sejumlah besar tenaga. Walaupun pengerahan tenaga
didasarkan atas asas gotong royong, tetapi tentunya hanya dapat dilaksanakan
jika pembuatan bangunan itu dirasakan cukup penting oleh masyarakat.
Dalam kenyataannya pembuatan bangunan megalit memang sesuatu
yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat yang membangunnya.
Bangunan-bangunan megalit adalah bangunan-bangunan yang sangat penting pada
masa itu. Bangunan itu dibangun untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan
nenek moyang mereka.
Hasil-hasil budaya Megalitikum ialah sebagai berikut.
1.
Menhir, yaitu tugu dari batu tunggal. Fungsinya sebagai tanda
peringatan suatu peristiwa atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang.
Karena itu menhir dipuja orang. Menhir ditemukan di berbagai tempat di
Indonesia, misalnya di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
2.
Dolmen, yaitu meja batu, yang fungsinya sebagai tempat meletakkan
sajian untuk pemujaan roh nenek moyang. Jadi dianggap sebagai tempat pemujaan.
Kecuali sebagai meja untuk meletakkan sesaji, ada juga dolmen yang dipergunakan
sebagai peti
mayat. Bangunan ini oleh penduduk disebut: “makam Cina”. Pada temuan dolmen ini terdapat tulang-tulang manusia. Kecuali itu, juga ditemukan benda-benda lain seperti periuk, gigi binatang, porselin dan pahat dari besi. Benda-benda itu dianggap sebagai bekal bagi yang meninggal di dunia baru. Dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur, terutama
di daerah Bondowoso.
mayat. Bangunan ini oleh penduduk disebut: “makam Cina”. Pada temuan dolmen ini terdapat tulang-tulang manusia. Kecuali itu, juga ditemukan benda-benda lain seperti periuk, gigi binatang, porselin dan pahat dari besi. Benda-benda itu dianggap sebagai bekal bagi yang meninggal di dunia baru. Dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur, terutama
di daerah Bondowoso.
3. Sarkofagus atau keranda
yaitu peti batu besar bentuknya seperti palung/lesung dan diberi tutup.
Fungsinya sebagai kuburan atau peti mayat. Di dalamnya ditemukan tulang-tulang
manusia bersama bekal kuburnya. Bekal kubur ini berupa periuk-periuk, beliung
persegi dan perhiasan dan juga benda-benda perunggu dan besi. Daerah temuan
yang paling banyak ialah Bali. Hampir di setiap desa ditemukan Sarkofagus. Di
Bali, sampai sekarang Sarkofagus masih dianggap keramat dan dianggap mengandung
suatu kekuatan magis.
4.
Kubur
Batu, yaitu kuburan dalam tanah dimana sisi samping, alas, dan
tutupnya diberi semacam papan-papan dari batu. Fungsinya untuk mengubur mayat.
Hanya bentuknya berbeda dengan dolmen dan Sarkofagus. Dolmen dan Sarkofagus
dibuat dari batu utuh yang kemudian
dibuat peti. Sedangkan kubur batu dibuat dari lempengan batu, yang disusun
menjadi peti. Kubur batu ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.
5.
Punden
Berundak, yaitu bangunan dari batu yang
disusun bertingkat. Fungsinya sebagai pemujaan roh nenek moyang. Bangunan ini
merupakan prototype (bentuk pendahuluan) dari candi. Punden Berundak antara
lain ditemukan di Lebak Sibedug daerah Banten Selatan.
6.
Arca, yaitu bangunan dari batu. Ada yang berbentuk manusia dan
yang berbentuk binatang (merupakan perwujudan dari roh nenek moyang). Arca dari
megalitik bentuknya sangat sederhana dan kasar. Arca yang berbentuk manusia
umumnya digambarkan manusia secara utuh atau setengah badan. Sedangkan
arca-arca yang berbentuk binatang yang digambarkan seperti gajah, kerbau,
harimau dan monyet. Untuk membuat arca dipilih batu yang bentuknya mirip dengan
arca yang akan dibuat. Jadi, tidak banyak dari bagian
batu itu yang dibuang dan bentuk aslinya sering-sering masih jelas. Arca itu banyak ditemukan di daerah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu yang terkenal ialah Batu Gajah, yaitu sebuah patung batu besar dengan gambaran seorang
yang sedang menunggang binatang.
batu itu yang dibuang dan bentuk aslinya sering-sering masih jelas. Arca itu banyak ditemukan di daerah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu yang terkenal ialah Batu Gajah, yaitu sebuah patung batu besar dengan gambaran seorang
yang sedang menunggang binatang.
Selain itu, alat-alat yang dibuat dari batu, seperti kapak
batu halus dengan beragai ukuran kapak batu dengan ukuran kecil yang indah
digunakan sebagai mas kawin, alat penukar, atau alat upacara; Alat-alat yang
dibuat dari tanah liat sangat berhubungan erat dengan adanya proses kimia,
yaitu proses pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik
pembakarannya. Gerabah sudah dibuat dengan warna-warni dan dengan hiasan yang
beraneka ragam. Seperti hiasan dari anyaman kain yang menunjukkan bahwa nenek
moyang kita sudah mengenal tulisan.
4. MASA PERUNDAGIAN
Teknologi dapat
dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi
tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan
karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut
diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina; Logam digunakan sebab
penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki
nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu.
Adapun cara pembuatannya ada dua teknik, yaitu :
1. Teknik bivolve,
yaitu cetakan yang terdiri dari dua bagian, kemudian diikat dan ke dalam rongga
dalam cetakan itu dituangkan perunggu cair. Cetakan tersebut kemudian
dilepas dan jadilah barang yang dicetak.
dilepas dan jadilah barang yang dicetak.
2.
Teknik
a cire perdue (membuat model
benda dari lilin). Benda yang akan dicetak
dibuat dari lilin atau sejenisnya, kemudian dibungkus dengan tanah liat yang diberi
lubang. Setelah itu dibakar, maka lilin akan meleleh. Rongga bekas lilin tersebut diisi
dengan cairan perunggu; sesudah dingin perunggu membeku dan tanah liat dibuang maka jadilah barang yang dicetak
dibuat dari lilin atau sejenisnya, kemudian dibungkus dengan tanah liat yang diberi
lubang. Setelah itu dibakar, maka lilin akan meleleh. Rongga bekas lilin tersebut diisi
dengan cairan perunggu; sesudah dingin perunggu membeku dan tanah liat dibuang maka jadilah barang yang dicetak
Zaman
logam sendiri dibagi menjadi tiga zaman,
yakni:
a.
Zaman Tembaga
Pada masa ini manusia sudah mampu mengolah logam tembaga yang sesuai dengan entuk- bentuk peralatan yang dibutuhkannya, seperti periuk, belanga dan sebagainya.
b. Zaman Perunggu
Pada masa ini manusia sudah mampu membuat peralatan dari perunggu. Perunggu merupakan logam campuran antara tembaga dengan timah.
Pada masa ini manusia sudah mampu mengolah logam tembaga yang sesuai dengan entuk- bentuk peralatan yang dibutuhkannya, seperti periuk, belanga dan sebagainya.
b. Zaman Perunggu
Pada masa ini manusia sudah mampu membuat peralatan dari perunggu. Perunggu merupakan logam campuran antara tembaga dengan timah.
Hasil-hasil kebudayaan perunggu di antaranya:
1.
Nekara
Perunggu
Nekara adalah semacam genderang dari perunggu yang Berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup, jadi kira-kira sama dengan dandang yang ditelungkupkan. Nekara yang ditemukan di Indonesia ada yang mempunyai ukuran besar dan ukuran kecil. Nekara yang ditemukan di Pejeng, Bali adalah nekara dalam ukuran besar. Nekara ini bergaris tengah 160 cm dan tinggi 186 cm. Benda ini sekarang disimpan di pura Panataransasih, Gianyar, Bali. Nekara ini sangat dipuja oleh masyarakat. Tidak semua orang dan setiap waktu orang bisa melihatnya karena nekara ini dianggap barang suci, yang hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, yaitu dengan cara ditabuh untuk memanggil arwah atau roh nenek moyang. Nekara perunggu banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Pulau Sangean dekat Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, dan Kepulauan Kei. Di Alor banyak pula terdapat nekara, tetapi lebih kecil dan ramping daripada yang ditemukan di lain tempat. Nekara yang demikian itu, biasa disebut moko, dan sangat dihargai penduduk sebagai barang pusaka atau mas kawin. Hiasan-hiasan pada nekara itu sangat indah berupa garis-garis lurus dan bengkok, pilin-pilin dan gambar geometris lain nya, binatangbinatang (burung, gajah, merak, kuda, rusa), rumah, perahu, orangorang berburu, tari-tarian, dan lain-lain. Dari berbagai lukisan kita mendapat gambaran tentang penghidupan dan kebudayaan yang ada pada masa itu.
Nekara adalah semacam genderang dari perunggu yang Berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup, jadi kira-kira sama dengan dandang yang ditelungkupkan. Nekara yang ditemukan di Indonesia ada yang mempunyai ukuran besar dan ukuran kecil. Nekara yang ditemukan di Pejeng, Bali adalah nekara dalam ukuran besar. Nekara ini bergaris tengah 160 cm dan tinggi 186 cm. Benda ini sekarang disimpan di pura Panataransasih, Gianyar, Bali. Nekara ini sangat dipuja oleh masyarakat. Tidak semua orang dan setiap waktu orang bisa melihatnya karena nekara ini dianggap barang suci, yang hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, yaitu dengan cara ditabuh untuk memanggil arwah atau roh nenek moyang. Nekara perunggu banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Pulau Sangean dekat Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, dan Kepulauan Kei. Di Alor banyak pula terdapat nekara, tetapi lebih kecil dan ramping daripada yang ditemukan di lain tempat. Nekara yang demikian itu, biasa disebut moko, dan sangat dihargai penduduk sebagai barang pusaka atau mas kawin. Hiasan-hiasan pada nekara itu sangat indah berupa garis-garis lurus dan bengkok, pilin-pilin dan gambar geometris lain nya, binatangbinatang (burung, gajah, merak, kuda, rusa), rumah, perahu, orangorang berburu, tari-tarian, dan lain-lain. Dari berbagai lukisan kita mendapat gambaran tentang penghidupan dan kebudayaan yang ada pada masa itu.
2.
Kapak
Corong
Kapak Corong bentuk bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong. Maka, kapak ini disebut juga Kapak Corong atau Kapak Sepatu. Kapak corong ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar dan di Irian dekat Danau Sentani. Bentuk kapak ini sangat banyak, jenisnya ada yang kecil, ada yang besar disertai hiasan, ada yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula yang panjang satu sisinya. Kapak Corong yang memiliki panjang satu sisi disebut candrasa, bentuknya sagat indah dan penuh hiasan. Fungsinya sebagai tanda kebesaran dan alat upacara keagamaan. Kadang-kadang kapak tersebut dihiasi gambar-gambar mata yang oval atau juga dengan ragam hias garis-garis geometris dan pilin berganda (double spiral).
Kapak Corong bentuk bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong. Maka, kapak ini disebut juga Kapak Corong atau Kapak Sepatu. Kapak corong ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar dan di Irian dekat Danau Sentani. Bentuk kapak ini sangat banyak, jenisnya ada yang kecil, ada yang besar disertai hiasan, ada yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula yang panjang satu sisinya. Kapak Corong yang memiliki panjang satu sisi disebut candrasa, bentuknya sagat indah dan penuh hiasan. Fungsinya sebagai tanda kebesaran dan alat upacara keagamaan. Kadang-kadang kapak tersebut dihiasi gambar-gambar mata yang oval atau juga dengan ragam hias garis-garis geometris dan pilin berganda (double spiral).
3.
Bejana
Perunggu Bejana ditemukan di tepi Danau
Kerinci dan di Madura bentuknya seperti periuk, tetapi langsung dan gepeng.
Keduanya mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar
geometri dan pilinpilin yang mirif huruf J. Pada Bejana di Madura dihiasi
dengan gambar burung merak dan rusa dalam kotak-kotak segitiga. Selain di
Madura dan Kerinci, Bejana seperti ini juga ditemukan di Pnom Penh (Kamboja),
maka tidak dapat disanksikan lagi bahwa kebudayaan logam di Indonesia memang
termasuk satu golongan dengan kebudayaan logam Asia yang berpusat di Dongson
itu. Itulah sebabnya, zaman perunggu di Indonesia ini lebih dikenal dengan nama
Kebudayaan Dongson.
4.
Arca-arca
Perunggu Arca Perunggu yang ditemukan
berupa arca yang menggambarkan orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda,
dan ada yang sedang memegang panah. Ada juga yang menggambarkan binatang antara kuda dan
kerbau, tetapi semua arca bentuknya
kecil-kecil, yaitu berukuran 5 – 15 cm. Arca tersebut ditemukan di Bangkinang
(Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.
5.
Perhiasan
Perunggu Selain Kapak Corong dan Nekara
banyak pula bendabenda lainnya dari zaman perunggu yang didapatkan, sebagian
besar berupa barangbarang perhiasan, seperti gelang, binggel (gelang kaki),
anting-anting, kalung, dan cincin. Benda-benda itu ditemukan di Bogor, Bali, dan Malang. Banyak perhiasan
yang ditemukan sebagai bekal kubur. Di samping benda-benda perunggu, zaman
logam juga menghasilkan barang-barang dari besi meskipun jumlahnya tidak
banyak. Jenis barang-barang besi yang dibuat pada zaman logam antara lain
kapak, sabit, pisau, tembilang, pedang, cangkul dan tongkat.
c. Zaman Besi
Pada masa ini, alat-alat kehidupan manusia sudah meningkat lagi, disamping dibuat dari tembaga dan perunggu banyak sudah yang terbuat dari besi. Manusia telah dapat melebur biji-biji besi dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan kebutuhannya, seperti mata kapak, mata pisau, tombak, cangkul dan sebagainya.
Pada masa ini, alat-alat kehidupan manusia sudah meningkat lagi, disamping dibuat dari tembaga dan perunggu banyak sudah yang terbuat dari besi. Manusia telah dapat melebur biji-biji besi dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan kebutuhannya, seperti mata kapak, mata pisau, tombak, cangkul dan sebagainya.
PENUTUP
·
Pada Teknologi pada
Zaman Manuasia Purba sudah mempunyai masa-masa dan cara meraka masing masing,
seperti MASA MENCARI, BERBURU, DAN MERAMU MAKANAN MASA BERCOCOK TANAM DAN BETERNAK, MASA PERTANIAN. Dan sudah mampu
membuat alat alat yang berguna seperti membuat
alatalat dari batu maka dari itu kita dengan kemajuan teknologi yang sudah ada
harus mampu melakukan lebih dari masa lalu.
·
Mengembangkan apa yang sudah ada dengan terus berkembangnya
teknologi.
·
Mempertahankan kebudayaan yang sudah ada dengan cara
melestarikannya.
B. Kesimpulan
Pada Teknologi pada
Zaman Manuasia Purba manusia sudah mampu
mengetahui cara berburu, , bercocok tanam, meramu makanan dan berternak, membuat
peralatan dari
perunggu. Perunggu merupakan logam campuran antara tembaga dengan
timah. Pada Teknologi pada Zaman Manuasia Purba hampir semua menggunakan perunggu, sehingga pada zaman logam lebih identik dengan zaman perunggu.
perunggu. Perunggu merupakan logam campuran antara tembaga dengan
timah. Pada Teknologi pada Zaman Manuasia Purba hampir semua menggunakan perunggu, sehingga pada zaman logam lebih identik dengan zaman perunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar